Add caption |
Aku memang bukan
orang “using” asli, karena aku lahir di Surabaya. Namun, aku pernah tinggal di
Banyuwangi selama kurang lebih 3,5 tahun dan aku menyukai budaya, kuliner, dan
wisata disana daripada tempat lahirku. Menurutku kota Banyuwangi itu unik dengan
segala pesonanya. Sayang, kala itu Banyuwangi belum semaju sekarang ini. Meskipun
bukan penduduk asli sana, aku sempat belajar tentang Banyuwangi. Sejarah Banyuwangi
yang pernah aku dengar mengisahkan seorang raja “bumi blambangan” tergila-gila
pada istri patih yang cantik jelita namun, cintanya bertepuk sebelah tangan
karena sang istri tetap setia pada sang suami. Raja pun berang dan menfitnah istri
patih yang sepeninggal
suaminya melakukan tugas kerajaan melakukan rayuan dan
berselingkuh dengan raja. Patih pun terpengaruh fitnah raja dengan mendatangi
istrinya dan mengancam akan membunuh istrinya tersebut meskipun sang istri
sudah berkata jujur. Ia dibawa ke tepi sungai dan membunuhnya setelah mendengar
permintaan terakhir jika air sungai itu berbau busuk, maka sang istri memang
berselingkuh dengan raja. Tapi, jika air sungai itu berbau harum, maka sang
istri berkata jujur. Setelah beberapa saat, air sungai mengeluarkan bau yang
sangat harum. Sang patih pun sadar dan menyesal telah terpengaruh oleh raja
tanpa bukti. Air tersebut yang dijadikan nama “Banyuwangi”.
Selain
itu Banyuwangi memiliki kuliner yang khas dan bercita rasa unik. Sego tempong
dan rujak soto adalah salah satu kuliner khas Banyuwangi favoritku. Sego tempong
berasal dari rasa pedas sambal yang membuat wajah memerah serasa ditampar
(ditempong) disajikan dengan daun ketela, timun, kacang panjang, terong, tempe
dan tahu goreng. Sedangkan rujak soto adalah perpaduan antara rujak dan soto
berisi sayuran, timun, lontong, potongan tahu dan tempe yang dicampur bumbu
kacang dan disiram dengan kuah soto berisi kulit sapi dan babat.
Banyuwangi
pun memiliki wisata yang tidak kalah menakjubkan dengan pulau dewata, seperti
BEC (Banyuwangi Ethno Carnival) yang dihelat dalam sebuah bentuk parade
berskala Internasional tanpa harus merubah nilai-nilai yang sudah berkembang
dan tumbuh di dalam masyarakat baik spirit maupun filosofinya, tari gandrung khas Banyuwangi, taman suruh /
kali kotak yaitu tempat pemandian yang berasal dari sumber mata air, kawah ijen
yang menjadi ikon kota Banyuwangi, rumah osing asli budaya using, pulau merah
(red island) menjadi tempat yang cocok untuk melihat sunset, dll. Dengan suhu
yang sejuk karena berada di dataran tinggi, membuat siapapun akan betah tinggal
di Banyuwangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar